Banyak usaha
yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi belajar agar
menjadi yang terbaik, seperti mengikuti bimbingan belajar. Usaha ini positif,
namun masih banyak dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan intelektual,
faktor tersebut adalah kecerdasan emosional. Dengan kecerdasan emosional,
individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik
dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan
efektif. Individu yang memiliki keterampilan emosional baik berarti kemungkinan
besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi.
Sedangkan induividu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan
emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk
memusatkan perhatian pada tugas –tugasnya dan memiliki pikiran yang
jernih.
Keterampilan
dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetepi membutuhkan
proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional
tersebut besar pengaruhnya. Hal ini akan diperoleh bila anak diajarkan
keterampilan dasar kecerdasan emosional, secara emosional akan lebih
cerdas, penuh pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak
pengalaman dalam memecahkan permasalahannya sendiri.
Dalam pendidikan
formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga
pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.
Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun
dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar.
Proses belajar
yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal
lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Belajar
akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui
sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Penilaian
terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah
mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Dalam proses
belajar siswa, kedua inteligensi sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi
dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran
yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling
melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar
siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu
mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja,
melainkan juga perlu mengembangkan emotional
intelligence siswa .
EQ selalu
mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan
individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan
hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya
dalam kalangan remaja.
Fenomena yang
ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang dengan IQ tinggi yang berprestasi
rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang yang dapat mengungguli prestasi
belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat
memperkirakan prestasi belajar seseorang. Walaupun EQ merupakan hal yang
relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan
bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ.
Menurut Goleman,
khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi,
mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis,
rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit
mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan
rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering
menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ
tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat
sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah
percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung
putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang
yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi.
terimakasih infonyaa :)
BalasHapushoyaa ngerti ngerti :D
BalasHapusmakasih be ;)
BalasHapus