Sabtu, 04 Mei 2013

Perbedaan Teori-Teori Konseling


  1. Client-Centered Counseling, 
    Pelopor : Carl Rogers
   Kelebihan:
  • Pendekatan ini menekankan bahwa konseli dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan proses konseling,
  • Konseli diberi kebebasan untuk merubah dirinya sendiri, 
  • Pentingnya hubungan antar pribadi dalam proses konseling, 
  • Pentingnya konsep diri, 
  • Konselor berperan untuk mengarahkan dan menunjukkan sikap penuh pemahaman dan penerimaan. 
   Kelemahan:
  • Terkadang konseli seolah-olah merasa tidak diarahkan dan merasa tidak adanya tujuan yang jelas dari proses konseling, apalagi jika tidak adanya pengarahan dan saran dari konselor.
  • Pendekatan ini dianggap terlalu terikat pada lingkungan kebudayaan Amerika Serikat, yang sangat menghargai kemandirian seseorang dan pengembangan potensi dalam kehidupan masyarakat.
  • Client-Centered Counseling yang beraliran ortodoks akan sulit diterapkan terhadap siswa dan mahasiswa dan jarang dilaksanakan dalam institusi pendidikan di Indonesia.
  2.  Trait factor counseling
     Pelopor: E.G Williamson.
 Kelebihan:
  • Pendekatan ini menekankan pada pemahaman diri melalui testing psikologi dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka masalah yang dihadapi.
  • Corak konseling ini paling sering diterapkan pada masalah berkaitan dengan pilihan bidang studi/bidang pekerjaan dalam institusi pendidikan.

Kelemahan: 
  • Konseling ini tidak dapat mengungkap ciri-ciri kepribadian individu sehingga tidak diketahui seberapa besar kualifikasi kepribadian yang dituntut dalam suatu bidang pekerjaan.
  • Kurang mengindahkan adanya pengaruh perasaan, keinginan, nilai-nilai kehidupan, dan cita-cita hidup terhadap pilihan program studi.
  • kurang memperhatikan peran keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi proses pilihan anak.
  • Kurang memperhatikan perubahan dalam kehidupan masyarakat yang ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.
  • Kurang menyadari bahwa kualifikasi yang dituntut suatu pekerjaan atau program studi dapat berubah di masa yang akan datang.
3. Konseling Behavioristik 
    Pelopor: John D. Krumboltz
    Kelebihan :
  • Pendekatan ini menekankan bahwa proses konseling dipandang sebagai proses belajar yang akan menghasilkan perubahan perilaku konseli secara nyata.
  • Pendekatan ini menunjukkan fleksibilitas yang besar, karena tujuan konseling dan prosedur yang diikuti untuk sampai pada tujuan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan konseli.
  • Pendekatan ini akan membantu individu untuk bisa membekali dirinya untuk mencegah timbulny persoalan kejiwaan.
Kelemahan:
  • Pendekatan ini tidak bermanfaat untuk kasus-kasus berkaitan dengan kehilangan makna dalam hidup. Dengan kata lain, konseling ini hanya menangani kasus berupa cara bertingkah laku yang salah/tidak sesuai.
4. Rational Emotive therapy 
   Pelopor: Albert Ellis
  Kelebihan:
  • Pendekatan ini menekankan pada peranan berbagai tanggapan kognitif terhadap timbulnya suatu reaksi dalam bentuk perasaan.
Kelemahan:
  • Corak konseling ini sangat bermanfaat untuk diterapkan oleh konselor sekolah terhadap siswa remaja dan mahasiswa, yang mengalami reaksi perasaan negatif, menganggu suasana hati,seperti rasa cemas, gelisah, putus asa, tidak bergairah, dan tidak bersemangat.
5. Konseling Eklektik
 Pelopor: Frederick Thorne
Kelebihan:
  • Menerapkan/memadukan berbagai pendekatan, menggunakan variasi dalam prosedur dan teknik sehingga dapat melayani konseli sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas masalah yang dihadapinya.
Kelemahan:
  • Konseli dapat merasa bingung bila konselor mengubah-ubah strateginya sesuai dengan kebutuhan konseli pada suatu waktu dalam proses konseling. 
  • Konselor bisa mengalami kesulitan dalam proses konseling karena kosenlor dituntut untuk mahir dalam menerapkan semua pendekatan yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar