Rabu, 01 Mei 2013

Relevansi Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah dengan Teknologi Informasi

Teknologi informasi merupakan teknologi yang memungkinkan terjadinya
konektivitas antar individu. Konektivitas yang terjadi melalui teknologi informasi
bukan hanya keterhubungan 2 orang orang individu atau lebih yang kemudian
menjalin komunikasi biasa. Gates dan Herminghan (1999) menyatakan bahwa
konektivitas dalam teknologi informasi melibatkan banyak individu; teknologi
informasi merupakan 'dunia baru‘ dalam menjalin konektivitas. Melalui konektivitas tersebut terjadi aliran informasi yang sangat deras yang sangat bermanfaat bagi pengambilan berbagai keputusan.

Relevan dengan hal di atas, pelayanan bimbingan dan konseling, di sisi lain,
merupakan salah satu kegiatan yang memerlukan hubungan antar individu atau
konektivitas. Kenektivitas tidak hanya diperlukan ketika berinteraksi dengan siswa atau konseli secara perorangan ketika memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Konektivitas diperlukan ketika konselor harus mengumpulkan bahan informasi bagi pelayanan bimbingan dan konseling, mempromosikan eksistensi lembaga pelayanan bimbingan dan konseling baik kepada siswa maupun masyarakat, menata alur informasi dan data, dan seterusnya. Singkat kata, ketika seorang konselor menjalankan pelayanan bimbingan konseling maupun berbagai aktivitas pendukungnya maka sangat dibutuhkan konektivitas dengan pihak lain dan teknologi informasi merupakan wahana dan media strategis untuk menjalankan tugas tersebut.

Teknologi informasi, secara spesifik, memberikan dukungan terhadap pelayanan bimbingan dan konseling dalam beberapa hal, diantaranya media dalam layanan, sarana komunikasi dan manajemen data. Keberadaan dukungan teknologi informasi ini mampu meningkatkan kinerja suatu lembaga atau perusahaan (lihat Gates & Herminghan, 1999), termasuk bimbingan dan konseling. Di antara sejumlah pelayanan bimbingan dan konseling (sebagaimana dikaji dalam bahasan sebelumnya), terdapat layanan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memberikan serangkaian materi atau informasi kepada (sekelompok) siswa.

Layanan tersebut merupakan layanan dasar (Depdiknas, 20007) atau layanan
orientasi, informasi, penguasaan konten, dan bimbingan kelompok (Depdiknas,
2005). Pelaksanaan layanan-layanan tersebut membutuhkan berbagai saluran
komunikasi dalam penyampaiannya sehingga materi yang disajikan benar-benar
dapat diterima siswa atau konseli secara tepat. Saluran komunikasi tersebut tidak hanya saluran verbal, melainkan juga tekstual dan visual. Perkembangan teknologi saat ini memfasilitasi konselor untuk mengembangkan berbagai saluran informasi sehingga siswa mendapatkan materi sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan penyelenggaraan layanan tersebut.

Teknologi informasi memungkinkan pengkomunikasian eksistensi lembaga
pemberian pelayanan di suatu sekolah. Melalui penggunaan web, konselor dapat
mengkomunikasikan kepada siswa atau konseli mengenai keberadaan bimbingan
dan konseling di sekolah, pelayanan yang diberikan, keuntungan memanfaatkan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah, prosedur menggunakan layanan,
perlindungan hak konseli selama mengikuti layanan biimbingan dan konseling.

Melalui aplikasi social networking, konselor dapat melakukan komunikasi lebih lanjut dengan siswa di dunia maya. Komunikasi melalui dunia maya dan tulisan
memungkinkan konselor untuk mendapatkan data tentang diri siswa yang lebih
otentik (Gladding, 2000). Teknologi informasi juga dapat digunakan untuk
menjalankan proses konseling yang tidak memungkinkan pertemuan tatap muka
(face to face). Melalui penggunaan program semacam yahoo massager, konselor
dapat menjalankan konseling dengan komunikasi tertulis atau verbal (melalui webcam).

Pekerjaan bimbingan dan konseling selalu berbasis data. Salah satu prinsip
dalam bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan bimbingan dan konseling
diarahkan untuk memenuhi atau relevan kebutuhan siswa (Depdiknas, 2005, 2007;Mugiarso, dkk., 2004). Guna menjalankan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan siswa maka seorang konselor harus memahami kebutuhan siswa.

Informasi tentang kebutuhan dapat dimiliki hanya dengan mencari data tentang
kebutuhan siswa. Hal ini adalah salah satu contoh pentingnya data dalam pelayananbimbingan dan konseling. Teknologi informasi memungkinkan seorang konselor untuk mengelola data sedemikian rupa sehingga data yang diperoleh dari siswa dapat dimanfaatkan secara tepat dalam mengambil keputusan tertentu. Salah satu aplikasi yang dapat digunakan untuk kepentingan manajemen data adalah MS Acces.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar