Kamis, 16 Mei 2013

Dinamika Perilaku Individu Dalam Kelompok


1.      Pengertian perilaku
a.       Menurut Lewin (Psikologi Umum, 2003: 197), perilaku adalah interaksi yang tampak pada individu dan lingkungannya.
b.      Menurut paham holistic, perilaku adalah aspek intrinsic (niat, tekad, azam) dari dalam diri individu yang merupakan faktor penentu dalam melahirkan perilaku tertentu meskipun tanpa adanya penangsang yang datang dari lingkungan.
c.       Menurut paham behavioristik, perilaku adalah tingkah laku individu yang terbentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan dengan mengkondisikan stimulus dalam lingkungan.
d.      Menurut Sugiyo (buku ajar psikologi social 2006:3), perilaku adalah manifestasi dari kejiwaan manusia.
e.       Menurut Heru Mugiarso, perilaku adalah suatu aktivitas psikis yang didasari niat atau motif untuk mencapai tujuan.
f.       Menurut Skinner (Psikologi Umum 2003: 123), perilaku manusia adalah organisme yang berperan dan berpikir yang ditentukan oleh kejadian-kejadian di masa lalu dan sekarang.
g.      Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat diobservasi.
h.      Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan atau perubahan dalam ruang hidup.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.

2.      Macam-macam perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah beberapa perilaku yang kelompok kami temukan:
Menurut Sugiyo (Psikologi social, 2006:1) adalah
1)      Perilaku motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2)      Perilaku kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan dan lain-lain.
3)      Perilaku konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4)      Perilaku afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya marah, sedih, cinta dan lain-lain.
Menurut beberapa ahli yang lain
1)      Perilaku agresif adalah perilaku yang dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
2)      Perilaku verbal adalah perilaku yang menekankan pada penggunaan lisan atau ucapan.
3)      Perilaku nonverbal adalah perilaku yang menekankan pada pengusaan bahasa tubuh manusia.
4)      Perilaku normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat tertentu.
5)     Perilaku abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat tertentu.
6)  Perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyesuaikan suatu keuntungan.
7)  Perilaku menolong adalah perilaku yang dimotivasi oleh keinginan untuk memberi keuntungan bagi orang lain.
8)  Perilaku salah suai adalah perilaku yang dapat menyesuaikan diri yang keliru.

Menurut Sofyan S Willis (Konseling Individual Teori dan Praktek, 2004: 75)
1)  Perilaku kelompok adalah respon-respom anggota kelompok terhadap struktur sosialnya dan norma yang diadopsinya.
2)  Perilaku kolektif adalah tindakan seseorang oleh karena pada saat yang sama berada pada tempat dan perilaku yang sama pula.
3)  Perilaku instrument adalah perilaku yang digunakan sebagai alat untuk  mencapai tujuan (menurut Morgan dalam Psikologi Umum 2003: 291 ).
Menurut Descartes (Psikologi Umum 2003: 81) adalah
1)  Perilaku rasional adalah perilaku yang berhubungan dengan jiwa yang disebut unexpended substance karena dikuasai jiwa, seseorang dapat merencanakan atau meninjau kembali suatu tingkah laku.
2)  Perilaku mekanis adalah perilaku yang berhubungan dengan badan (extended substance) misalnya gerak reflek.
Menurut Watson (Psikologi Umum 2003: 122) adalah
1)  Perilaku tertutup adalah perilaku yang tidak dapat langsung terlihat dari luar misalnya berpikir.
2)  Perilaku terbuka adalah perilaku yang dapat dilihat secara langsung dari luar.

3.      Aspek-aspek yang ada dalam individu
  1. Persepsi adalah proses menyimpulkan informasi dan menafsirkan kesan  yang diperoleh melalui alat indra.
  2. Motivasi adalah fenomena kejiwaan yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku demi mencapai sesuatu yang diinginkan atau dituntut oleh lingkungannya.
  3. Sikap adalah faktor yang menjadi pendorong seseorang bertindak atau berperilaku.
  4. Kepribadian adalah keadaan internal individu sebagai proses organisasi dan struktur dalam diri seseorang.
  5. Ingatan adalah kemampuan manusia untuk menerima rangsang, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman yang dialami.
  6. Fantasi adalah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan atau bayang-bayang yang belum pernah ada di dunia nyata.
  7. Perasaan adalah keadaan yang dirasakan sedang terjadi dalam diri seseorang.
  8. Tanggapan adalah gambaran ingatan dalam jiwa manusia yang terjadi setelah objek yang diamati sudah tidak berada lagi dalam ruang dan waktu pengamatan.
  9. Kemauan adalah kekuatan yang sadar dan hidup dan atau menciptakan sesuatu berdasarkan perasaan dan pikiran.
  10. Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang relative bisa bersifat umu atau khusus.
  11. Intelegensi adalah kemampuan individu untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi yang baru.
4.      Dinamika individu dalam kelompok dan penerapannya
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis, individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi.
Pengembangan pribadi yang dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
Dalam bimbingan dan konseling kelompok pun dinamika perilaku perlu diterapkan agar kegiatan bimbingan dan konseling kelompok bisa berjalan dengan lancar, dinamis dan tujuan yang diingkan tercapai. Misalnya dalam bimbingan dan konseling kelompok semua anggota dan konselor bersikap pasif maka kegiatan tersebut tidak akan hidup dan tidak berjalan dengan lancar. Begitu pula sebaliknya.
Contoh penerapan dinamika perilaku dalam bimbingan dan konseling adalah:
Selama kegiatan bimbingan kelompok, hanya seorang siswa saja yang aktif sedangkan anggota yang lain hanya diam saja sehingga kegiatan bimbingan bersifat monoton. Maka konselor selaku pemimpin kelompok harus mencari cara agar semua anak bisa mengeluarkan pendapatnya.

Kamis, 09 Mei 2013

BK 17 Plus


Bagan Pola 17 Plus Bimbingan dan Konseling



Pola 17 Plus Bimbingan dan Konseling
BK Pola 17 Plus merupakan kerangka jaringan atau batang tubuh ilmu pengetahuan bimbingan dan konseling. Kerangka ini adalah pembaharuan dari Pola 17 yang dikemukakan pada awal tahun 2000 oleh Prayitno. Pola ini berkembang hampir di seluruh sekolah-sekolah di Indonesia.

Bidang Bimbingan dan Konseling
  1. Bimbingan Pribadi
Suatu bidang bimbingan yang secara khusus ditujukan untuk membantu para siswa menemukan, memahami, dan mengembangkan diri pribadinyaseoptimal mungkin. Ini sangat erat hubungannya dengan fungsi pemahaman dan pengembangan.
Siswa sering tidak mengetahui bakat, minat, kemampuan, kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya. Ini dapat diungkapkan melalui tes bakat, minat, dan tes kemampuan dasar (tes IQ)
Pemilihan pengembangan diri siswa harus berdasarkan data potensi diri siswa. Salah memilih kegiatan akan membuat siswa tidak berkembang dan menimbulkan frustasi.
  1. Bimbingan Sosial
Suatu proses kegiatan layanan bimbingan konseling yang bertujuan untuk pengembangan kecerdasan sosial siswa seoptimal mungkin agar mampu menyesuaikan diri dengan baik. Sosial dengan keluarga, teman sebaya, lingkungan sekolah, dan masyarakat di sekitarnya.
  1. Bimbingan Belajar
Suatu proses pemberian bantuan kepada siswa dalam upaya pembentukan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Baik di sekolah maupun di luar sekolah untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi.
  1. Bimbingan Karier
Suatu proses kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang bertujuan untukmengenalkan berbagai macam bidang pekerjaan dan jabatan – jabatan karier untuk mengarakan cita – cita masa depan siswa.
Orientasi bimbingan karier di sekolah dasar baru pada tahap pengenalan awal untuk merangsang minat dan cita – cita pekerjaan siswa yang cocok dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki.

Jenis – Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan yang dimaksud adalah bentuk – bentuk kegiatan operasional yang dapat dilakukan guru pembimbing dalam proses pemberian layanan bantuan kepada siswa. Berikut uraian secara singkat :
1. Layanan Orientasi
Suatu kegiatan layanan yang bertujuan memperkenalkan hal-hal baru kepada siswa.
Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa kelas 1, siswa baru naik kelas, atau siswa pindahan baru. Tujuannya memberikan pengenalan dan pemahaman terhadap lingkungan baru, peraturan-peraturan sekolah, sarana dan fasilitas sekolah, guru-guru, dan lingkungan sekolah.
Kegiatan layanan yang dilakukan :
Ø  Orientasi umum sekolah
Ø  Orientasi kelas baru dan CAW baru
Ø  Orientasi persiapan mengikuti ujian akhir dan ujian nasional
2. Layanan Informasi
Bertujuan untuk memberikan informasi kengkap terhadap berbagai hal yang dibutuhkan siswa yang berhubungan dengna kegiatan belajar di sekolah, penyaluran bakat dan minat melalui kegiatan pengembangan diri, perlombaan – perlombaan, perngembangan diri pribadi/kelompok, informasi sekolah – sekolah lanjutan dan informasi – informasi lain di luar sekolah.
Kegiatan layanan informasi yang dapat dilakukan :
Ø  Informasi pengembangna diri pribadi/kelompok
Ø  Informasi tentang kurikulum dan proses pembelajaran.
Ø  Informasi peratruan dan tata tertib kelas/sekolah.
Ø  Informasi sekolah lanjutan.
Ø  Informasi penyaluran bakat dan minat, dan sebagainya.
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Sering siswa di sekolah dasar salah dalam penempatan dan penyaluran pembinaan bakat, minat melalui berbagai kegiatan di sekolah. Kesalahan ini akan menganggu perkembangan dirinya. Akibatnya siswa bosan dan tidak suka mengikuti program kegiatan tersebut.
Layanan ini bertujuan untuk membantu pengembangan bakat, minat, dan kemampuan diri siswa melalui berbagai  program kegitan. Pemilihan ini harus berdasarkan minat dan bakatnya.
4. Layanan Pembelajaran
Bertujuan untuk membantu mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa dan pembentukan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Banyak terjadi di sekolah di mana prestasi belajar siswa belum mencerminkan kemampuan dasar yang dimilikinya. Hal ini disebut keterlambatan akademik dan bukan termasuk kategori siswa yang lambat belajar.
Kegiatan layanan pembelajaran di sekolah dasar yang dapat dilakukan :
Ø  Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar tentang : sikap dan kebiasaan belajar, motivasi, dan masalah kemampuan dalam belajar.
Ø  Pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
Ø  Pengembangan keterampilan belajar : mencatat, bertanya dan menjawab, mencatat dan menuliskan ringkasan.
Ø  Pembentukan minat dan kemauan belajar berprestasi.
Ø  Pengajaran perbaikan dan pengayaan
5. Layanan Konseling Individual
Rendahnya mutu belajar siswa disebabkan oleh banyaknya jumlah masalah yang mereka alami (berupa masalah pribadi).
Masalah pribadi siswa seharusnya diselesaikan melalui layanan konseling individual. Materi bimbingan bergantung pada masalah dan kebutuhan siswa.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan ini biasanya paling disenangi siswa, karena kegiatan ini bersifat gembira dan mengasah berbagai kemampuan sosial, bekerja sama memecahkan masalah yang sedang dialami, manfaatnya dapat dirasakan langsung, serta menambah wawasan dan pengetahuan.
Topik yang dibahas bersifat bebas sesuai dengan keinginan anggota kelompok. Guru pembimbing lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan dinamisator kelompok. Guru pembimbing perlu mendapatkan latihan keterampilan bimbingan kelompok agar mampu melaksanakannya dengan baik.
7. Layanan Konseling Kelompok
Layanan ini memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah pribadi yang dialami oleh anggota kelompok melalui dinamika kelompok. Kegiatan ini merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok.

Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
Kegiatan pendukug dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan berbagai upaya untuk mendukung program kegiatan secara keseluruhan.
Kegiatan pendukung ini meliputi :
1. Aplikasi instrumentasi
Merupakan penggunaan berbagai teknik dan alat pengumpulan data siswa yang meliputi tes dan non tes.
Untuk menunjukkan ciri-ciri pribadi digunakan tes standar dengan taraf kesahan dan keterandalan tinggi. Penggunaan instrumen standar hanya dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan dan kewenangan khusus untuk menyelenggarakannya.
Instrumen non tes dapat berupa inventori, angket atau alat lain yang dapat disusun sendiri. Inventori ini dilakukan oleh guru pembimbing yang memiliki kemampuan tinggi dalam proses pengolahan data maupun penginterpretasiannya.
2. Himpunan Data
Bertujuan untuk menghimpun seluruh data siswa dan keterangan-keterangan yang relevan guna keperluan pembangunan diri siswa. Data yang terhimpun merupakan hasil dari aplikasi instrumentasi. Hasil himpunan data didaya-gunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Konferensi Kasus
Permasalahan siswa terkadang begitu kompleks dan saling terkait. Untuk membantu pengentasan permasalahan secara sempurna maka perlu melibatkan orang lain. Seperti kepala sekolah, guru pembimbing, orang tua siswa, narasumber, dan pihak lain yang terkait. Ini bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan Rumah (Home Visit)
Guru pembimbing perlu melakukan kunjungan rumah. Ini bisa berdampak langsung yang bersifat ganda, yaitu dampak terhadap orang tua dan keluarga, dan dampak terhadap siswa.
Orang tua dan keluarga anak yang dikunjungi memiliki makna pemahaman orang tua bahwa sekolah begitu memperhatikan masalah pendidikan anaknya.
Bagi anak, ia akan merasa gurunya sangat memperhatikan keberlangsungan sekolahnya.
Saat kunjungan, guru pembimbing hendaknya mengemukakan tujuan kunjungan rumah, dan menanyakan keterangan penting mengenai diri siswa guna pemecahan masalah siswa itu sendiri.
5. Alih Tangan Kasus (Reveral)
Ini dilakukan jika guru pembimbing merasa tidak mampu lagi dalam mengatasi masalah siswa asuhnya dan memerlukan bantuan ahli lain.
Dapat dilakukan oleh guru pembimbing senior, konselor sekolah, ahli medis, psikolog, dan ahli lainnya.
Contohnya siswa mengalami gangguan kesehatan maka dialih tangankan kepada dokter atau perawat.

Smart Parenting Bagi Anak


I.                   Pengertian Smart Parenting
Smart Parenting adalah keseluruhan yang dapat orangtua lakukan, hal-hal baik yang besar maupun yang kecil, hari demi hari, yang dapat menciptakan keseimbangan lebih sehat dalam rumah tangga dan hubungan dengan anak-anak. Tindakan orangtua harus menekankan pentingnya perasaan dan membantu orangtua dan anak-anak mengatasi serangkaian emosi dengan pengendalian diri. Kehilangan pengendalian diri dapat berarti bahwa mereka (anak-anak) akan kehilangan uang saku, kehilangan kesempatan mengikuti kegiatan mentoring atau ekstrakurikuler, kehilangan peluang kerja atau bahkan mereka harus ditempatkan di sekolah khusus. Anak-anak membutuhkan keterampilan-keterampilan untuk tumbuh dalam lingkungan positif penuh perhatian dan kaya akan peluang.
Smart Parenting membantu mewujudkan lingkungan seperti itu, bukan penanganan parsial untuk mengatur anak-anak maupun menjadi orangtua dengan prinsip-prinsip luas tanpa petunjuk bagaimana menerapkannya. Strategi untuk membangun Smart Parenting harus menggunakan kelima prinsip dasar yang akan dibahas selanjutnya secara bersamaan. Prinsip-prinsip dasar bertujuan untuk mengembangkan sebuah atmosfir keluarga yang sehat dan konstruktif sehingga tujuan-tujuan orangtua dan anak bisa diwujudkan secara sempurna. Lebih baik menerapkan beberapa prinsip dengan konsisten, daripada bernafsu mencoba semuanya sekaligus.

II.                Prinsip-prinsip Yang Mendasari Smart Parenting
Satu rahasia Smart Parenting adalah bahwa apa yang baik bagi orangtua juga baik bagi anak-anak. Pengantar ini memperkenalkan lima prinsip smart parenting sebagai pondasi dalam membangun sebuah keluarga yang bijak.
Prinsip pertama : Menyadari Perasaan Diri Sendiri dan Orang lain
Perasaan merupakan sesuatu yang sulit dipahami. Pada umumnya, anak yang bermasalah dalam perilaku juga mengalami kesulitan memberi label pada perasaannya dengan tepat. Mereka tidak dapat membedakan jengkel dan marah, kecewa dan sedih, bangga dan senang dan lain-lain. Kesadaran akan perasaan orang lain sangat penting, karena dengan mengetahui perasaan orang lain, dia akan berkesempatan memiliki interaksi positif dengan mereka, termasuk kadang-kadang, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
Dalam contoh, siswa yang mampu memahami perasaan gurunya mungkin akan mendapatkan keringanan ketika terlambat menyerahkan tugas, bantuan tambahan, bahkan mungkin nilai baik dibandingkan teman-temannya yang pandai tapi tidak memiliki kepekaan perasaan seperti dirinya.
Prinsip kedua : Menunjukkan Empati dan Memahami Perspektif Orang Lain
Empati merupakan kemampuan menyelami perasaan orang lain. Memahami perasaan orang lain adalah bagian penting pengembangan kepekaan terhadap sesama, sebuah istilah yang tidak baru lagi. Untuk mengetahui perasaan orang lain dan berempati dengannya, seseorang harus mampu membaca perasaan tersebut. Tidak saja diperlukan kemampuan mendengarkan dengan seksama, tetapi juga membaca isyarat-isyarat nonverbal. Sering bahasa tubuh dan tekanan suara mengungkapkan emosi kita dengan lebih efektif daripada kata-kata.
      Kemampuan berempati sangat diperlukan orang tua dalam menghadapi anak-anak dan vital bagi anak-anak untuk belajar berempati sebagai keterampilan sosial positif, belum lagi bahwa kemampuan berempati secara umum membuat seseorang lebih baik beradaptasi secara emosional dan lebih sukses, terutama dalam hubungan cinta.
      Di samping memberikan teladan, orangtua juga harus menjelaskan perilaku dan perasaan mereka sehingga anak-anak dapat memahami dengan lebih baik “darimana mereka berasal” dan tidak mengansumsikan mereka berasal dari tempat yang sama seperti tokoh-tokoh televise atau film.
Prinsip ketiga : Mengelola Gejolak Emosional dan Perilaku Secara Bijak.
Tanpa kemampuan untuk menunda kepuasan, pada akhirnya kita harus menerima kurang dari yang mungkin mestinya kita dapatkan. Jika kita bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu, maka kita akan cenderung mendapatkan lebih serta kepuasan karena telah mengusahakannya. Aspek lain dari pengendalian diri adalah kemampuan untuk membatasi reaksi emosional terhadap situasi, baik reaksi itu positif maupun reaksi negatif.
Mengajarkan dan mempraktekkan pengendalian diri memang sulit, tetapi jika diusahakan akan membantu memecahkan banyak masalah keluarga. Mengatasi perilaku implusif jelas sangat penting. Respon perilaku naluriah kita terhadap konflik sering tidak efektif dalam mengatasi masalah-masalah semacam itu. Sebagai manusia, kita dibekali respon hadapi atau lari (fight or flight) terhadap situasi-situasi bermasalah. Kita harus memanfaatkan apa yang kita ketahui tentang perasaan dan perspektif kita sendiri dan orang lain untuk membantu kita mengendalikan diri dan berpikir jauh ke depan.
Prinsip keempat : Berorietasi pada Tujuan dan Rencana Positif.
Salah satu elemen terpenting menjadi seorang manusia (orang tua) adalah bahwa kita dapat menetapkan tujuan dan membuat rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Semua yang dilakukan orang tua dan anak-anak haruslah berorientasi pada sebuah tujuan tertentu.
Teori kecerdasan emosional menyatakan bahwa hal ini memiliki implikasi penting. Pertama ,kita harus mengakui kekuatan ampuh optimism dan harapan. Kedua, kita tahu bahwa dalam berusaha mencapai tujuan, ada waktu-waktu kita lebih efektif atau kurang efektif. Bagian penting smart parenting adalah untuk menyadari waktu-waktu ini dalam diri kita dan anak-anak kita dan untuk bekerja selaras, bukan melawan, irama semacam ini sesering mungkin. Terakhir, sebagai orang tua sebaiknya kita memperbaiki cara kita dalam penetapan dan perencanaan tujuan dan bagaimana kita menghendaki anak-anak kita akan melakukannya.
Prinsip kelima : Memanfaatkan Kecakapan Sosial dalam Segala Macam Hubungan.
Disamping memiliki kesadaran akan perasaan, kendali diri, orientasi tujuan dan empati, kemampuan berhubungan secara efektif dengan orang lain juga. Ia memerlukan kecakapan sosial seperti komunikasi dan pemecahan masalah. Keterampilan lain yang diperlukan adalah kemampuan menjadi bagian dari suatu kelompok.
Orangtua menginginkan keluarga berfungsi baik sebagai suatu kelompok. Orangtua menginginkan anak-anak memiliki keterampilan yang berguna bagi kelompok-kelompok di sekolah, lingkungan kerja atau dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar dengan mendengarkan orang lain dengan cermat, bergiliran, menyelaraskan berbagai perasaan berbeda, berkompromi, membuat kesepakatan dan menyatakan gagasan denga jelas merupakan beberapa keterampilan sosial yang membantu orangtua dan anak dalam keluarga berfungsi lebih baik di sebuah kelompok. Keterampilan sosial lain yang penting termasuk kemampuan menyelesaikan persoalan antar pribadi dan membuat pilihan-pilihan tepat, penuh pertimbangan dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.

III.             Tiga Belas Kesalahan Dalam Mendidik Anak
Kesalahan dalam mendidik anak, orang tua harus selalu berhati-hati menghadapi anak yang masing-masing tak dapat digeneralisasikan tapi sevcara garis besar orang tua diharapkan waspada terhadap 13 kesalahan dalam mendidik anak yakni :
Ø  Terlalu banyak berkata “ jangan “
Seorang anak mendengar komando “jangan” dalam setiap gerakannya akan merasa kesal dan sangat boleh jadi ia akan menjadi pasif, tak punya kereatifitas, dia akan mengagap bahwa ibu atau bapaknya menggangu kesenangannya untuk mengalihkannya sebaiknya gantilah dengan kata “ayo” dan alihkanlah pada hal lain yang mungkin lebih menarik.
Ø  Berkelahi dengan anak
Banyak orang tua bersifat ngotot dank eras dihadapan anak-anaknya. Hal ini menjadikan anak menganggap bahwa orang tuanya adalah saingannya bukan orang tempat berlindung. Anak-anak yang dipaksa akan mempunyai sifat pendedam, selalu menanti saat kapan ia bebas dari keluarga. Mendidik dengan kasih saying lebih berhasil dari pada dengan kekerasan
Ø  Menghina anak-anak
Jika cita-cita maupun keinginan, bakat dan hasil karya dihina ataupun dicemohkan, kemungkinan besar anak-anak itu akan menjadi tidak percaya diri dan selalu canggung dalam tindakannya. Disini orang tua harus selalu membangun kepercayaan diri pada anak-anaknya.
Ø  Menakut-nakuti anak dan mengancap anak
Penuturan karena ditakut-takuti merupakan perbudakan. Begitu juga mengancam seorang anak supaya mau bekerja dengan hukuman sangatlah tidak bijaksana. Kemungkinan anak menjadi jengkel dan ia akan mengambil pilihan dihukum dari pada mengerjakan pekerjaan yang berat itu.
Ø  Orang tua berbicara terlampau banyak
Berbicara nonstop akan membosankan dan kemungkinan anak tak dapat mencerna mana pokok yang harus ia dengarkan dan mana pokok yang harus ia camkan.
Ø  Berbicara terlalu keras
Hindarkanlah berbicara yang menimbulkan kesan bengis dan kesan membentak-bentak. Ucapan yang lirih dan tegas akan lebih berhasil dari pada suara yang kaku membentak-bentak.
Ø  Mematahkan kemauan anak
Janganlah memtahkan kemauan anak. Orang tua harus membantu anak-anak dalam memiliki kemauan, kemauan harus dipupuk dan disalurkan ke hal-hal yang positif.
Ø  Mengatakan pada anak bahwa ia jahat
Jika anak mendengar orang tuanya mengatakan ia jahat, maka anak akan bertanya dan akan menilai dirinya seperti apa yang dikatak orang tuanya dan akan cenderung berbuat seperti apa yang dikatakan orang tuanya. Katakanlah bahwa ia adalah anak-anak yang patuh, baik dan berikanlah serta arahkanlah pada pemikiran dan contoh-contoh yang positif.
Ø   Membicarakan karakter anak dihadapan orang banyak
Tidaklah bijaksana orangtua membicarakan karakter anak di depan orang banyak. Seorang anak akan merasa dihina jika kesalahannya dibicarakan, apalagi jika ia hadir di situ. Keburukan yang dibicarakan akan menimbulkan sakit hati dan dendam. Kalau kebaikan-kebaikan yang dibicarakan, anak-anak menjadi sombong dan merasa sudah cukup dan tak perlu ia perbaiki lagi. 
Ø  Menghukum anak dengan menyuruh dia bekerja
Suatu pekerjaan yang diusahakan agar digemari oleh anak-anak, jangan dijadikan sebagai hukuman atas kesalahan-kesalahan yang ia lakukan. Jadikan lah sesuatu yang baik dan berguna menjadi kegemaran anak seperti menyapu, mencuci piring.
Ø  Memberi uang anak untuk foya-foya
Pemberian uang ekstra oleh orangtua banyak membawa akibat buruk bagi anak-anak di bawah umur, seperti baru-baru ini telah beredarnya minuman keras yang dikemas dalam plastic yang harganya dapat dijangkau oleh anak-anak. Berikan anak-anak uang sesuai dengan kebutuhan yang mutlak baginya.
Ø  Menuruti semua kemauan anak
Menuruti segala keinginan anak akan menjadikan ia manja, sesudah dewasa sukar mengontrol diri, karena terbiasa semua keinginannya dipenuhi. Anak semacam ini akan gampang putus asa jika rencananya gagal, ia menjadi kurang tabah dan kurang sabar dalam menghadapi berbagai percobaan.
Ø  Tidak melatih anak bekerja
Banyak orangtua yang khawatir jika anaknya bekerja nanti kulitnya akan menjadi kasar dan sebagainya. Anak yang tidak dilatih bekerja akan menjadi malas, tidak bertanggung jawab, serta menjadi orang yang tak tahu bekerja. Anak-anak yang terbiasa bertanggung jawab di rumah akan dapat bertanggung jawab di luar rumah.

IV.             Pola Asuh Dalam Membangun Smart Parenting
Smart parenting (pendidikan cerdas) merupakan suatu pola asuh yang dinamis sesuai dengan kemampuan anak dan tingkat tumbuh kembangnya (Nada, 2008). Dimana pola asuh yang dimaksud ada beberapa tipe yaitu pola asuh authoritarian (otoriter), pola asuh authoritative (demokratis), dan pola asuh permisif (Hasan, 2009).
1.      Pola Asuh Authoritarian (otoriter)
Pola asuh authoritarian adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Perilaku orangtua dalam berinteraksi dengan anak bercirikan tegas, suka menghukum, anak dipaksa patuh terhadap peraturan-peraturan yang diberikan oleh orangtua dan cenderung mengekang anak. Segi positif dalam pola asuh otoriter ini yaitu bahwa anak yang dididik akan cenderung menjadi disiplin mentaati peraturan.
2.      Pola Asuh Authoritative (demokratis)
Pola demokratis bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin. Orangtua banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan, dan sedikit menggunakan hukuman badan untuk mengembangkan disiplin. Dalam pola asuh ini anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang, bertangung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, jujur.
3.      Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua member kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orangtua. Orangtua memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong mereka untuk tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri.